Selat Ombai merupakan salah satu perairan yang termasuk kedalam wilayah Negara Republik Indonesia. Selat Ombai memisahkan antara Pulau – Pulau dari Provinsi Nusa
Tenggara Timur seperti Pulau Alor dengan Pulau Timor dan merupakan penghubung antara Laut Banda dengan Laut Sawu.
Tenggara Timur seperti Pulau Alor dengan Pulau Timor dan merupakan penghubung antara Laut Banda dengan Laut Sawu.
Sumber :
Citra Google Earth.
Citra google earth tersebut
memperlihatkan bahwa Selat Ombai merupakan perairan perbatasan antara Indonesia
dengan Timor Leste dan merupakan salah satu dari Alur Laut Kepulauan Indonesia
(ALKI). Terdapat tiga jalur ALKI dan Selat Ombai termasuk kedalam jalur ALKI
III A dan III D yang merupakan rute untuk pelayaran dari Samudera Pasifik
melintasi Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda kemudian ke Selat Ombai, Laut
Sawu dan berakhir di Samudra Hindia dan sebaliknya. Kemudiann termasuk pula
kedalam ALKI III E untuk pelayaran dari Sulawesi melintasi Laut Maluku, Laut Seram,
Laut Banda, Selat Ombai, dan Laut Sawu sebelah barat Pulau Sawu atau Laut Sawu
sebelah Timur Pulau Sawu ke Samudra Hindia atau sebaliknya.
Selat Ombai sangat indah, keindahan Selat Ombai dinikmati oleh para turis lokal maupun manca-negara dari pantai-pantai dan objek wisata yang berada di Pulau Alor, salah satunya merupakan objek wisata pantai Batu Lubang, Maritaing, Alor Timur, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Pantai ini berada di Alor paling Timur berbatasan lansgung dengan Selat Ombai. Masyarakat setempat memberikan nama Pantai Batu Lobang bukan tanpa sebab tapi memang pada bibir pantainya terdapat “batu berlubang” yang seolah-olah merupakan pintu suatu gua tak kasat mata. Batu berlubang ini merupakan hasil dari proses alamiah pengikisan bibir pantai oleh gelombang laut. Walaupun menyuguhi pemandangan yang elok akan tetapi pantai ini masih sulit dijangkau dikarenakan letaknya yang cukup jauh dari Ibukota Kalabahi.
Foto diambil
oleh Rey Kopel, 2018.
Sebelum mencapai Pantai Batu Lobang
ini, dari Ibukota Kalabahi harus menempuh sekitar 4 jam perjalanan menuju Desa
Maritaing dan sisa perjalanan hanya bisa ditempuh oleh kendaraan off-road
dikarenakan medan yang cukup sulit dijangkau oleh kendaraan biasa. Dikutip dari
artikel “Suatu Sore di Desa Maritaing” oleh Halim tahun 2017 yang pertama
terlihat olehnya adalah keadaan dermaga yang sederhana dan tampak adanya Pos
TNI Angkatan Laut. Memang Desa Maritaing ini merupakan desa terujung di Pulau
Alor berbatasan langsung dengan Selat Ombai dan Timor Leste, maka termasuk desa
perbatasan. Luas daerah dari Desa ini sekitar 562.76 m2 dengan
jumlah penduduk 8.073 orang. Pada dermaga Maritaing terdapat patung Jenderal
Sudirman yang berdiri kokoh, indah dilatarbelakangi dengan semburat senja.
Selat Ombai juga tentunya memiliki
sumberdaya-sumberdaya yang dapat dimanfaatkan dengan bijak, salah satunya
merupakan sumberdaya perikanan. Dalam upaya pemanfaatan potensi sumberdaya
ikan, Indonesia memiliki Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI).
Terdapat 9 wilayah pengelolaan termasuk didalamnya WPP-RI 573 yang daerahnya
mencakup Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga Selatan Nusa Tenggara,
Laut Sawu dan Laut Timor. Maka Selat Ombai juga termasuk kedalam WPP-RI 573.
Potensi sumberdaya laut dan pesisir pada kawasan WPP-RI 573 adalah berupa
produksi garam dan ikan. Pada Selat Ombai yang termasuk kedalam daerah Nusa
Tenggara, produksi yang banyak dilakukan merupakan produksi garam.
Produksi garam dalam suatu wilayah
dipengaruhi oleh curah hujan, jumlah hari hujam, kecepatan angin, suhu udara,
kelembaban udara, radiasi matahari dan evaporasi. Hal ini bergantung pada
variabilitas iklim musiman yaitu monsun. Secara umum, produksi garam dapat
berlangsung ketika angin monsun timur berhembus yaitu pada musim Monsun Barat
Daya yang terjadi pada April-Oktober. Pada musim ini, seluruh wilayah Indonesia
mengalami musim kemarau dimana angin bersifat kering karena berhembus dari
Benua Australia. Akan tetapi di setiap daerah di Indonesia, musim ini dapat
berbeda-beda dampaknya. Misal pada daerah Nusa Tenggara Timur yaitu Pulau Alor
dan Pulau Timor yang merupakan daerah terdekat dengan Selat Ombai, musim
kemarau dimulai pada bulan April dan musim hujan dimulai pada bulan Desember
(BMKG,2018). Selain musim, iklim antar tahunan seperti ENSO dan IOD juga dapat
mempengaruhi produksi garam. Variabilitas juga keadaan di Selat Ombai
dipengaruhi oleh Samudera Hindia bagian timur berupa Indian Ocean Dipole
Mode (IOD) serta dipengaruhi pula oleh anomali iklim global seperti ENSO
(El-Nino dan La-Nina) yang terjadi pada Samudera Pasifik khususnya Samudera
Pasifik bagian barat. Ketika terjadi El-Nino produksi garam dapat meningkat
karena Indonesia mengalami musim kering dimana curah hujan menurun, begitu pula
ketika terjadi IOD positif.
Sumber : Sprintall, et.al.2014
Selat Ombai merupakan salah satu jalur keluarnya Arus Lintas Indonesia (Arlindo) atau bisa disebut juga dengan Indonesian Throughflow (ITF). Dari Samudra Pasifik lintasanya terbagi dua yaitu lintasan barat dan lintasan timur yang merupakan lintasan sekunder(memberikan kontribusi lebih kecil). Lintasan timur masuk dari Laut Maluku dan Laut Halmahera kemudian mengalir ke Laut Banda dimana massa air dari lintasan barat dan timur bergabung kemudian keluar ke Samudra Hindia melalui Selat Ombai dan Laut Timor. Selat Ombai selain dilewati oleh ITF juga terpengaruh oleh Arus Selatan Jawa (Sout Java Current -SJC) dan juga gelombang kelvin yang menjalar ke timur.
Selain itu Selat Ombai juga memiliki
energi pasang surut internal yang kuat, kecepatan arus pasang surut internalnya
paling kuat di perairan Indonesia dengan nilai 0.5 m/s (Robertson dan Ffield,
2005). Energi pasang surut merupakan energi utama yang dapat menyebabkan proses
percampuran secara vertikal (vertical mixing) dan menimbulkan perubahan
karakteristik massa air. Proses percampuran vertikal dapat disebabkan pula oleh
bentuk topografi daerahnya yang kasar misalnya terdapat sill, berupa
selat sebagai pemicu gelombang internal.
Topografi Selat Ombai yang memiliki sill dan arus pasang surut nya yang
kuat menjadikan Selat Ombai memiliki potensi yang besar untuk terjadinya
peristiwa vertical mixing.
Nilai percampuran yang dikarakterisasi oleh nilai vertikal difusitivas eddy pada Selat Ombai lebih tinggi dibandingkan dengan perairan umum di Indonesia dengan nilai tertinggi pada lapisan dalam (225-197 meter sampai 408-1549 meter). Nilai percampuran yang tinggi pada sill ini diduga akibat interaksi gelombang internal dengan topografi dasar perairan.
Nilai percampuran yang dikarakterisasi oleh nilai vertikal difusitivas eddy pada Selat Ombai lebih tinggi dibandingkan dengan perairan umum di Indonesia dengan nilai tertinggi pada lapisan dalam (225-197 meter sampai 408-1549 meter). Nilai percampuran yang tinggi pada sill ini diduga akibat interaksi gelombang internal dengan topografi dasar perairan.
Dari hanya satu selat di Indonesia,
kita dapat lihat berbagai sisi kelebihan
dan potensi yang belum kita sadari, apalagi dari seluruh perairan di Indonesia
kiranya akan terbentuk berapa sisi yang lain? Puluhan sisi? Ratusan? Bahkan Ribuan?
Referensi
Sprintall,et.al.2014.
The Central Role Of The Indonesian Seas And Throughflow In The Coupled
Ocean-Climate System. Nature Geosci. 7. 487-492. 10.1038/ngeo2188.
Robertson, R. and A. Ffield. 2005. M2 baroclinic tides in the
Indoensian Seas. J. Oceanogr., 18:62-73.
Yustianingtyas,Levina.
2015. Pengamanan dan Penengakan Hukum di Perairan Indonesia sebagai Konsekuensi
Penetapan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Surabaya https://www.researchgate.net/publication/298330440_Pengamanan_dan_Penengakan_Hukum_di_Perairan_Indonesia_sebagai_Konsekuensi_Penetapan_Alur_Laut_Kepulauan_Indonesia_ALKI diakses 1 Mei 2020
Anonim. 2017.
Pantai Batu Lobang, Surga Bahari Tersembunyi di Pulau Alor. https://indopos.co.id/read/2017/11/22/117736/pantai-batu-lobang-surga-bahari-tersembunyi-di-pulau-alor/ diakses 30 April 2020.
Halim,
Mayawati Nur. 2017. Suatu Sore di Desa Maritaing. https://www.wwf.or.id/?57707/Suatu-Sore-di-Desa-Maritaing diakses 30 April 2020
Amri,Syahrial.
et.al. 2019. Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan WPPNRI 573. Jakarta.
AMAFRAD.https://kkp.go.id/an-component/media/upload-gambar pendukung/brsdm/Buku-/Buku%20WPPNRI%20573.pdf diakses 30 April 2020
Berbagai sisi atau berbagai sumberdaya? Mungkin kalau anda pilih salah satunya, jadi dapat lebih fokus ceritanya.
BalasHapus'Berbagai sisi' maksudnya sebagai ungkapan dari berbagai sumberdaya dan kekayaan Bu, mungkin iya akan lebih fokus dan mendalam jika dibahas satu-persatu, terimakasih atas sarannya Bu:)
Hapus